Jumat, November 24, 2006

The Apple of My Eyes...


Setiap pulang kantor, dua bocah cantik datang dengan berlari, langsung memeluk dan menggelayuti tangan2 gw. Segar, harum tubuh mereka seketika menghilangkan penat badan gw. Celoteh dan tawa riang mereka yang bercerita, seketika menghilangkan segala resah dan gundah yang ada di hati gw karena berbagai sebab setelah seharian gw di kantor.

Aisha Sukma Bening, si sulung, biasanya langsung bercerita tentang sekolah, teman2nya, pelajarannya dan adiknya. Sementara Aaliyah Cahyaning Buana, si kecil yang baru berumur 18 bulan langsung menabrak masuk dalam pelukan dan gendongan gw. Dengan bawaan gw dari kantor yang belum sempat gw simpan di tempatnya dan masih lengkap dengan jaket dan sepatu gw, gw dudukkan mereka lagi di depan TV. Sambil membuka jaket dan sepatu, gw dengarkan semua cerita mereka. Ah, indahnya dunia gw pada saat2 itu... Setelah mencuci kaki dan tangan gw, gw ma Mahani langsung duduk dekat mereka. Mereka pun langsung kembali menggelendoti tubuh gw. Kecerewetan mereka belum berhenti. Masih terus... bercerita. Pada saat itu, Mbak Sasha, Ade Ayha dan nggak ketinggalan 2 pengasuh mereka, si Emak dan Mar seolah2 berlomba menceritakan kejadian2 di rumah selama gw ma Mahani di kantor. Gitu juga gw dan Mahani. Kami saling berganti menceritakan kejadian2 apa yang kami alami di kantor. Kejadian kayak gini, biasanya berlangsung sampe jam 7 malam. Jam 7 malam adalah jam tidur buat Ade Ayha dan jam belajar buat Mbak Sasha.

Saat2 yang paling gw suka lainnya adalah saat mereka tidur. Melihat mereka pulas dalam tidurnya, memandangi wajah polos mereka selalu nimbulin rasa haru dan bangga atas mereka. Betapa gw sangat bersyukur dengan karunia indah yang diberikan ke gw. Alhamdulillah, puji Tuhan, mereka anak2 yang sehat dan cerdas. Merekalah harta gw yang gak akan tergantikan dengan apa pun. Semoga gw bisa merawat dan membimbing mereka sampai mereka besar. Amien...

Rabu, November 22, 2006

Kangen Hujan...

Seandainya sore ini hujan bisa turun dengan deras, gw pasti akan sangat bahagia. Rasanya pengen... banget ngeliat rinainya turun sore ini. Gw juga merindukan bau tanah basah dan dingin hawa sejuk angin laut yang hujan bawa.
Sore ini, gw sangat... sangat merindukan hujan. Pasti indah rasanya menikmati gemericik alunan rintiknya yang menyentuh permukaan bumi. Alunannya pasti akan menyapu semua galau hati gw beberapa hari ini. Merasakan adanya cinta yang begitu besar dalam hati gw ternyata membuat gw sendiri merasa resah. Seandainya gw punya kemampuan untuk bisa menunjukkan cinta itu sesuai dengan proporsinya... Seandainya mereka yang gw sayang dan cinta itu tau apa mau gw terhadap mereka... dan apa yang ingin gw lakukan untuk mereka... Duh... menyesakkan...

"Hujan... hujan... turun dong...
Hapus semua resah ini...
Biar gw nikmatin segala yang loe bisa berikan untuk bumi dan isinya...
Gw kangen hujan dan semua kenangan yang bisa dia bawa untuk gw.
Hujan, biarin gw beromantisme untuk sebentar..."

I F o u n d Y o u

Kira2 dua minggu yang lalu, gw menemukan dia lagi. Menemukan dia, setelah kurang lebih lima tahun kehilangan dia. Honestly, gw gak tau apa yang gw rasakan saat ketemu dia lagi. Gw seneng, iya. Bahagia, mungkin. Tapi bukan lagi seperti perasaan gw dulu ke dia.

Ada sesuatu di dia yang gak akan mungkin bisa gw lupa sampe kapan pun. Gw sendiri gak tau itu apa. Tapi keberadaan dia lagi di hidup gw, sudah cukup bikin gw optimis untuk menjalani hari2 gw. Tau bahwa dia masih hidup, sehat dan beraktivitas, cukup buat gw. Gw sayang dia. Sayang yang sama sekali beda dengan jenis sayang gw dulu ke dia.

Hadirnya dia lagi sekarang ini, gak sampe bikin gw berpikir untuk memundurkan lagi waktu, agar gw gak pernah kenal dia dan gak sempat "dekat" dengan dia. Gw sadar bahwa hidup ini adalah proses yang saling berkaitan. Satu penggal peristiwa dalam hidup kita adalah sebagai akibat dari peristiwa sebelumnya dan pasti akan berpengaruh dengan peristiwa hidup yang akan datang. Yang pasti, adanya dia lagi saat ini, menyemangati hidup gw. Satu warna indah yang gak gw sangka sebelumnya. Jangan salah, kehadiran dia gak akan mempengaruhi jalan cinta yang dah gw susun selama 6 tahun dengan Mahani. Dan dia bukan pengganti. Dia adalah sahabat hati. Gw mau dia temani hati gw, dalam keadaan bagaimanapun gw. Semoga dia ngerti...

Selasa, November 21, 2006

C a p e D e h . . .

Asri : Gw lagi di gosipin... Banyak banget yang nanyain soal kedekatan gw sama Bapak satu itu.

Pikirannya : Huahaha... Itulah Indonesia, setiap orang merasa penting untuk tau segala sesuatunya tentang orang lain. Padahal orang yang digosipin tenang2 aja dan gak ngerasa terusik. Tapi mereka sibuk ingin tau dan dengar tentang apa yang sebenarnya terjadi antara loe ma Bapak itu.

Asri : Lucu juga... Kalo misalnya, misalnya nih gw beneran pacaran ma dia, gimana??? Apa ruginya dan apa untungnya buat mereka. Kalo mau, itungan untung dan rugi itu adanya ya di gw ato di Bapak itu, kan...??? Tapi biarin aja deh... Lumayan, asik juga di gosipin. Selain ngurangin dosa, juga dapet nilai tambah.

Pikirannya : WHAT'S, NILAI TAMBAH???

Asri : Hehehe... Ya iyalah... Gw, ibu2 anak dua masih bisa diisuin ma Laki2 bujangan. Wow... Hebatnya gw... Hahahaha....

Pikirannya : @#$#@$&^$$@ Dasar gokil...

Jumat, November 10, 2006

K A N T O R K O M N A S

Pikirannya: Loe kerja yang bener dong... Masa datengnya siang mulu...

Asri : Dateng siang mulu, gak juga... Gw dateng siang kan karena anak2 gak ada yang urus. Si Mak belom dateng.

Pikirannya: Iya... Tapi usahain dong, setelat2nya jam 9 dah sampe kantor... Ini sih enggak, jam 10, baru nyampe... Masa telatnya 2 jam?

Asri : Ah... cerewet amat sih... Teman2 gw pada baik hati kok, dah pada absenin gw tanpa gw minta..

Pikirannya : Bukan disitu persoalannya... Kayak kemarin, loe jadi punya problem ma Mas Chandra karena loe dateng siang, kan?

Asri : Itukan Mas Chandranya aja... Sebagai komisioner, dia gak seharusnya dong begitu... Giliran kasus yang menyangkut teman ato komunitasnya aja, dia tekunin... Coba kasus yang lain...

Pikirannya : Apapun itu, sebagai seorang pekerja, loe harus punya disiplin dong... Ntar pengaruh ke karir loe, lho...

Asri : Karir??? Di Komnas??? Please dech, don't be naif... Di Komnas, karir itu hanya untuk orang2 yang dekat dengan kekuasaan dan pintar jilat pantat pimpinan. Sementara yang kayak gw??? Uuuh... ntar dulu... Lagian, percuma juga jadi orang rajin dan pintar di sini. Gak ada rewards dan punishment yang jelas tuk bisa buat orang menjadi berharga di kantor ini...

Pikirannya : Huahahahaha... Terus, ngapain loe ada di sini...???

Asri : Gw ngerasa terjebak. Tadinya gw kira, dengan bekerja di Komnas HAM, selain gw bisa dapet gaji yang lumayan, gw juga masih bisa bermain2 dengan idealisme gw. Tapi nyatanya?? Kecewa demi kecewa yang gw dapet di sini... Tapi yah mau bagaimana lagi...? Berharap aja keadaan bisa berubah... Yah... setidaknya gw masih bisa merasa melakukan sesuatu untuk orang banyak dengan cara gw...

So, untuk training ke LN sapa siy yang menentukan?

Hari Rabu sore, tanggal 08 November 2006, seorang staf dari bagian hubungan luar negeri datang ke meja saya. Dia menawarkan saya untuk mengikuti training RWI di Bangkok. Dia cerita kalo awalnya yang seharusnya berangkat adalah Bapak Kepala Biro TU dan Persidangan dan satu orang staf perempuan dari bagian keuangan. Tetapi, karena orang keuangan tersebut sedang banyak kerja dan tidak mendapat ijin dari atasannya, staf hublu ini berinisiatif untuk mencari orang yang diperkirakan bisa berangkat. Kemudian, menurut ceritanya , karena waktunya dah mendesak (Kalo gak salah acaranya tanggal 26 November 2006), maka yang dia cari adalah orang yang sudah punya passport dan perempuan ('harus perempuan' ini yang mensyaratkan adalah dari RWInya). Dia tau saya dah punya passport, makanya dia nawarin saya. Saat dia nawarin itu, staf hublu ini bertanya apakah saya ada "personal problem" dengan Kepala Biro dan Persidangan yang sedianya akan menjadi teman training saya tersebut? Saya jawab, kalau saya, tidak ada personal problem dengan beliau, tapi kalau beliau ada personal problem dengan saya, saya tidak tahu. Saya juga bilang agar Ibu Lies sebagai Ketua Subkomisi Hak Sipol diberitahu mengenai tawaran ke Bangkok ini.

Hari Kamis, tanggal 09 November 2006, staf hublu tersebut datang lagi dan menjelaskan bahwa saya tidak jadi berangkat ke Bangkok. Saya tanya kenapa? Dia menjawab bahwa saat dia mengajukan nama saya ke Bapak Kepala Biro TU dan Persidangan, beliau bilang bahwa harus melalui prosedur dan karena training ini adalah katanya mengenai issu perempuan, maka yang seharusnya adalah orang PKK.

Mendengar itu, langsung terbersit beberapa pertanyaan:
1. Kalau memang training itu adalah issu perempuan dan harus prosedural seperti yang Bapak Kepala Biro TU dan persidangan bilang, kenapa pada awalnya yang berangkat adalah Ibu dari keuangan dan bukan teman2 dari PKK?
2. Kalau bicara soal prosedural lagi, kenapa Kepala Biro Tu dan persidangan, yang nota bene dalam tugasnya tidak berhubungan langsung dengan hal yang akan dilatihkan di Bangkok itu yang berangkat? Bukankah seharusnya adalah orang fungsional yang berhak untuk ikut pelatihan tersebut?
3. Sebagai institusi, apabila ada tawaran untuk mengikuti pelatihan tersebut, siapakah yang berhak menentukan person2 yang seharusnya "boleh" mendapatkan training tersebut???

Tulisan saya ini boleh dianggap sebagai ungkapan kekecewaan. Dan saya memang kecewa. Tidak hanya karena saya kehilangan kesempatan untuk mendapatkan ilmu, saya juga kecewa dengan satu temuan (lagi..???) mengenai "ketidak beresan" yang terjadi di Komnas HAM.

Regards, Asri, Staf Fungsional Subkom Hak Sipol