Rabu, Agustus 15, 2007

Betapa Aku Sangat Mencintai Mereka


Jam 02.00 WIB dini hari tadi aku terbangun. Ku terduduk dipinggir ranjang memperhatikan suami dan anak2ku terkasih terlelap. Betapa aku sangat mencintai mereka...

Aku jadi ingat, dulu sewaktu aku kecil, aku juga sering terbangun tengah malam atau dini hari. Ya, sama seperti yang aku lakukan semalam, aku duduk dipinggiran ranjang dan memperhatikan Bapak, Ibu dan Adikku yang tertidur pulas (saat itu seingatku, aku masih TK besar, berarti sekitar 6 tahun usiaku dan adikku paling bungsu belum lagi lahir). Betapa aku sangat mencintai mereka. Kemudian terpikir dalam pikiran kanak2ku saat itu. Bahwa aku ingin selalu bersama mereka. Hidup dalam kasih sayang mereka. Ketika sampai kesadaran bahwa manusia akan mati, yang terpikir olehku adalah aku ingin mati bersama mereka. Ya, saat itu, aku berpikir untuk bisa mati bersama2 mereka. Karena aku nggak mau, apabila salah satu dari kami harus menjemput maut lebih dulu, akan membuat sedih anggota keluarga yang lainnya. Jadi dalam khayalku, dalam memberitakan kematian kami, yang tampak di surat kabar adalah headline besar "Satu Keluarga mati tertimpa reruntuhan rumahnya sendiri; Tidak ada satupun yang selamat". Atau "Satu Keluarga Tewas dalam Kecelakaan Lalu Lintas". Hhhmmm... Khayalan yang sadis, mungkin, tapi sungguh, aku takut untuk merasakan kehilangan atas salah satu anggota keluargaku terkasih.

Masih terekam dalam ingatanku, ketika Bapakku harus lembur di kantornya, maka aku akan terus terbangun menunggu Bapakku pulang. Bila Bapakku pulang terlambat dari waktu yang dijanjikannya, maka aku akan membangunkan ibuku dan terus menerus bertanya kenapa Bapak belum pulang juga. Gak jarang kemudian ibuku menjadi kesal karena pertanyaan2ku itu mengganggu tidurnya adikku... Kemudian saat Bapak sampai rumah, maka aku akan langsung lari ke gendongannya sambil menangis tanpa suara. Tangis takut dan senang. Takut kalau sampai terjadi sesuatu atas diri Bapakku dan senang karena Bapakku sudah pulang.

Sekarang, sebagai seorang ibu dan istri, ketakutan2 itu juga datang padaku. Tapi semalam, saat aku perhatikan wajah bidadari2ku yang pulas, yang terlintas dalam benakku adalah, aku tidak mau sesuatu terjadi pada mereka. Aku akan melakukan apapun demi mereka. Pikiran ingin mati bersama seperti saat masih bersama Bapak Ibu dulu sempat juga terlintas juga. Tapi segera aku tepis pemikiran itu. Gak adil buat anak2ku... Masa depan mereka masih sangatlah panjang. Tapi seandainya Allah Yang Maha Kuasa mengijinkan, semoga dia panggil aku lebih dahulu sebelum anak2ku dan suamiku. Karena aku gak akan sanggup menahankan rasa sedih karena kehilangan mereka. Betapa aku sangat mencintai mereka. Tapi urusan mati tetaplah urusan Allah. So, aku hanya bisa berharap dan tetap mengembalikan segalanya dalam kehendakNya.


"Ya Allah, betapa aku sangat mencintai mereka. Namun segalanya tetaplah berpulang padaMu jua dan atas kehendakMu. Tiada lain yang aku harapkan hanyalah kebahagian mereka. Orang2 yang sangat aku cintai dengan segenap hati dan jiwaku. Cintailah mereka Ya Allah... Sebagaimana orangtuaku mencintai aku sewaktu aku masih kecil. Pelihara dan lindungilah mereka selalu sepanjang hidup mereka. Kuserahkan segalanya hanya dalam tanganMu... Amien..."

Tidak ada komentar: