Selasa, April 10, 2007

Pursuit to Happiness...

Pursuit to happiness. Film yang dibintangi oleh Will Smith dan anaknya ini sebenarnya film dengan alur cerita yang sederhana. Menggambarkan perjuangan seorang ayah dalam mengejar kebahagian hidupnya demi sang anak. Film yang diangkat dari kisah nyata ini sebenarnya film yang biasa, karena orang2 seperti Christ Gardner (tokoh yang diperankan oleh Will Smith) ini banyak tersebar di seluruh pelosok dunia. Bahwa perjuangan hidup yang dilakukannya akhirnya bisa berakhir bahagia. Gw pernah dengan lihat di TV perjuangan seorang TKW Indonesia (PRT) di Hong Kong yang kemudian akhirnya bisa menjadi pengusaha perempuan yang sukses di Hong Kong sebagai penyedia tenaga kerja yang handal.

Melihat film itu banyak sekali pemikiran yang bermain dikepala gw. Saat seseorang berkata bahagia, tampaknya hal itu selalu dikaitkan dengan yang namanya uang. Kemudian gw jadi ingat kata2 seorang kawan yang bilang bahwa uang sudah menjadi sebuah agama atau keyakinan baru di dunia. Duh, bener gak siy? Gw coba untuk bertanya dan merefleksikan fragmen2 dalam film itu ke dalam diri gw. Dan jawabannya sangat mengagetkan gw. Ternyata gw sependapat bahwa uang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kebahagiaan. Setidaknya dalam pola kehidupan yang saat ini sedang gw jalani. Memang bukan faktor utama, tapi dengan mempunyai uang, kita jadi mempunyai banyak pilihan untuk bisa mendapatkan sesuatu. Dan bukankah seseorang itu akan menjadi bahagia saat dia bisa memdapatkan apa yang diinginkannya?

Selain itu, melihat bagaimana ketabahan dan usaha keras yang dilakukan oleh Christ Gardner dalam mengejar bahagianya itu -yang tergambar dalam hampir sebagian besar film itu- pikiran gw jadi bercabang antara kekaguman terhadap orang-orang seperti si Christ ini, yang mempunyai kemampuan untuk mempertahankan energinya untuk bekerja keras dan pertanyaan apakah orang2 yang miskin dan gak punya uang itu kurang keras usahanya, atau kurang tabah, atau kurang berdoa, atau apa? Mengapa mereka tidak pernah sampai pada titik bahagia, sementara mereka sudah demikian kencang dan letih untuk berlari mengejarnya? Ooo... Pertanyaan yang membutuhkan banyak teori dan jawaban panjang untuk menjelaskannya... Yang pasti harus di salahkan adalah sistem yang berlaku di masyarakat kita itu. ("Saat aku memberi makan orang miskin, kau sebut aku Santo, tapi saat aku bertanya mengapa mereka miskin, kau sebut aku komunis. So, apa salahnya menjadi seorang komunis?")

Lalu ada lagi lesson yang bisa gw dapat dari film itu, bahwa kebahagiaan itu harus diperjuangkan dan diusahakan. Walaupun hasil yang akan di dapatkan masih belum jelas, tapi setidaknya sudah ada usaha yang dilakukan. Bahwa kehidupan itu harus di siasati dalam rangka "Pursuit to Happiness".

Tidak ada komentar: